Istana Alwatzikhoebillah terletak di Desa Dalam Kaum, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Dari Kabupaten Sambas kira-kira jraaknya 225 kilometer di sebelah utara dari Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat. Cukup rumit juga waktu pertama kali melafalkan nama istana ini, Istana Alwatzikhoebillah. Nama yang cukup rumit untuk diucapkan menurutku. Jadi penasaran bagaimana bentuk dari istana yang bernama rumit ini.
Pembangunan istana ini relatif lebih cepat, hanya berkisar 2 tahunan yaitu pada tahun 1933-1935. Berbeda dengan Istanana Kadriah yang menghabiskan kurun waktu 7 tahun. Kalo menurut sejarahnya, biaya yang dihabiskan untuk mebangun istana ini yaitu kurang lebih 65.000 gulden. Berapa yah kalo dikonversikan ke rupiah sekarang?
Oprek-oprek dulu biar tahu, dan akhirnya ketemu. Ternyata 1 USD = 2.65 gulden. Jadi, 65.000 gulden = 24528,301886792452830188679245283 USD. 1 USD = 9000 (kira-kira), 65.000 gulden = 220.754.716,98113207547169811320755 Rupiah. Horee, pintar juga matematikanya.
Tapi kalo sekarang uang segitu atau lebih, nggak sebanding dengan nilai sejarah dari istana ini. Jadi untuk pemerintah jangan dijual ke pihak lain yah istananya.. ^^.
Lagi-lagi istana ini didominasi warna kuning. Sepertinya selain karena arti filosofinya, warna kuning memiliki aura estetika tersendiri bagi tradisi melayu. Baru sampai ke gapura pertama saja sudah disuguhi dengan estetika warna kuning yang cerah. Tapi dari kejauhan aku merasa ada unsur interior china dari istana ini. Tapi, mungkin hanya perasaan aku saja kali yah.
Di bagian belakang alun-alun, aku melihat sebuah tiang seperti tiang kapal yang dikelilingi oleh tiga buah meriam dan disangga oleh empat tiang. Aku juga sempat penasaran apa makna filosofisnya, setelah tahu ternyata tiga meriam tersebut melambangkan tiga buah sungai yang terdapat di sekitar istana yang harus selalu dijaga. Empat tiang penyangganya melambangkan empat menteri sebagai pembantu sultan. Sedangkan dua tiang penyangga yang terletak di sisi kiri dan kanan tiang itu melambangkan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahannya sultan selalu didampingi oleh ulama dan khatib. Dari filosofisnya ini, pemerintahan dari istana ini tidak ada MPR atau DPR, tapi pemimpinnya didampingi oleh ulama dan khatib. Tapi kenapa sekarang nggak dianut lagi yah di Indonesia? Tanya kenapa, kenapa juga harus dipertanyakan? -_______-'
Dari segi tata letak, bangunan utama istana terletak di tengah-tengah dan memiliki ukuran paling besar. Di sayap kiri dan kanannya, terdapat bangunan pendukung yang terhubung langsung dengan bangunan utama istana. Bangunan sayap kiri dahulunya digunakan sebagai tempat untuk menjamu tamu-tamu kehormatan, sedangkan bangunan sayap kanan digunakan untuk mempersiapkan segala keperluan sultan dan keluarganya. Bagian dalam istana terdiri dari tiga ruangan, yaitu ruangan depan, tengah, dan belakang.
No comments:
Post a Comment